Kali ini saya akan membagikan pengalaman memancing ikan nila dengan teknik lobang tarangan. Lokasi mencari lobang tarangan ikan nila yang paling potensial menurut saya yaitu di Waduk Cengklik yang bertempat di Kabupaten Boyolali. Waduk Mulur di Kabupaten Sukoharjo juga berpotensial akan tetapi dengan asumsi jarak dengan tempat tinggal lebih dekat waduk Cengklik maka saya kali ini mengambil objek waduk Cengklik. Waduk Cengklik terletak di Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Sejarah pembangunan waduk Cengklik pada tahun 1926 - 1928 oleh Pemerintah Belanda. Nama Cengklik diambil dari dukuh pertama yang dimulai menjadi waduk yaitu Dukuh Cengklik. Waduk ini terletak di Desa Ngargorejo dan Sobokerto, Kecamatan Ngemplak ± 20 km, ke arah timur laut Kota Boyolali, Bila dari Bandara Adi Sumarmo ± 1,5 km (di sebelah barat bandara ). Waduk dengan luas genangan 300 ha ini dibangun pada zaman Belanda, tujuannya untuk mengairi lahan sawah seluas 1.578 ha.
![]() |
Penampakan Waduk Cengklik |
Selama musim liburan atau hari-hari libur waduk Cengklik banyak sekali dipadati para pemancing lokal. Penerapan teknik para pemancing di waduk ini pun beraneka ragam, akan tetapi paling banyak para pemancing menggunakan teknik mencari lobang tarangan.
Adapun banyak memakai teknik ini karena waduk Cengklik pada saat kemarau airnya cepat sekali surut dan spot potensial untuk mencari tarangan adalah bekas persawahan warga yang tergenang air. Banyak ikan nila yang mencari makanan di bekas persawahan milik warga. Kedalaman mencari lubang tarangan maksimal hanya sebatas leher orang dewasa.
Adapun banyak memakai teknik ini karena waduk Cengklik pada saat kemarau airnya cepat sekali surut dan spot potensial untuk mencari tarangan adalah bekas persawahan warga yang tergenang air. Banyak ikan nila yang mencari makanan di bekas persawahan milik warga. Kedalaman mencari lubang tarangan maksimal hanya sebatas leher orang dewasa.
Secara harafiah ikan nila khususnya nila jantan dewasa ketika hendak melakukan perkawinan dan pemijahan akan membuat lubang di atas gundukan tanah yang teksturnya semi keras atau lembut sekalipun. Sarang ini akan selalu dibersihkan dari kotoran apapun yang berada di dalam sangkarnya. Seringnya dibersihkan oleh ikan nila lama-kelaman tanah yang mulanya datar berubah menjadi lubang. Ukuran lubang pun bervariasi, tergantung ikan yang membuat lubang tersebut besar atau tidak. Untuk mengecek ada tidaknya ikan dilubang itu, kita dapat merasakannya dengan telapak tangan atau kaki apabila tidak dapat dijangkau dengan tangan yang disebabkan kedalaman air. Apabila lubang yang kita temukan halus dan bersih, besar kemungkinan lubang itu ada ikan nilanya. Apabila kasar dan kotor besar kemungkinan ikan nila sudah tidak memakai lubang tersebut. Apabila terdapat lubang halus serta bersih dan di dalamnya terdapat hewan siput atau keong, kemungkinan juga ikan nila tidak ada dilubang tersebut. Mencari lubang ikan nila susah susah gampang. Bagi para pemula untuk pertama kali memancing teknik ini saya menjamin akan terasa sulit. Beda halnya apabila telah melakukannya diatas 1 kali. Karena untuk membedakan lubang ikan nila dan bekas telapak kaki manusia di atas tanah yang gembur itu akan susah.
Pada prinsipnya memancing teknik ini sama dengan memancing pada umumnya. Jenis joran yang digunakan tidak usah panjang-panjang. Cukup gunakan joran yang panjang maksimal 3 meter. Itu akan mempermudah apabila mencari lubang yang terdapat tanaman eceng gondok dan sejenisnya. Posisi apungan dan pemberat tidak berubah seperti pada umumnya, hanya untuk pemberat diharuskan lebih berat daripada apungannya. Istilahnya seperti teknik dasaran. Apabila ketika kita menaruh umpan di dalam lubang tarangan dan posisi apungan tenggelam karena keberatan pemberat, naikkan sesuai selera dengan bantuan stopper, yang terpenting apungan sebagai satu indikator untuk ikan memakan atau tidak terlihat dengan mata. Umpan yang dipakai adalah umpan cacing. Cacing dapat ditancapkan pada kail dan tidak perlu dipotong apabila kepanjangan. Tujuannya agar pada saat cacing di dalam air yang terkena ombak, tubuh cacing yang panjang dapat bergerak-gerak dan pada akhirnya menggungah ikan untuk memakannya. Ilustrasinya dapat digambarkan pada gambar di bawah ini.
![]() |
Ilustrasi memancing teknik lubang tarangan |
Saya mencoba melakukan teknik ini bersama teman memancing saya sehari-hari yang kerap disapa Pakde Bambang. Maklum bapak 4 orang anak dan 5 orang cucu ini sudah berumur 61 tahun. Semangat memancing orang ini tidak pudar sama sekali. Sejak pertama kali memancing tahun 1987 dan sudah menjadi panutan bagi saya dalam hal memancing. Pertama saya membeli cacing pospor di dekat lokasi waduk. Satu plastik seharga 3 rb rupiah. Banyaknya cacing dapat dibagi 2 dengan Pakde Bambang. Setelah sampai ke waduk, saya menyeburkan diri ke air dan mencari tarangan pada pukul 10.15 dan menyudahinya pada pukul 15.30. Saat itu cuaca yang sedikit mendung dan air waduk tidak terasa hangat. Kebanyakan ikan nila apabila makan lahap saat air waduk terasa hangat. Oleh sebab itu saya hanya mendapat 3 ikan nila. 1 ikan sebesar 6 jari orang dewasa, 1 nya 4 jari orang dewasa dan 1 nya 3 jari orang dewasa serta lainnya ikan betutu kata orang Solo. Murah meriah, hanya bermodalkan cacing seharga 3 rb dan setengah liter bensin sudah bergembira mendapatkan ikan tangkapan.
![]() |
Hasil tangkapan teknik narang lubang. |
Bagi teman-teman yang ingin mencoba
silahkan anda mempraktekan apa yang sudah saya tulis pada post kali ini. Perlu
diingat, yang terpenting untuk memancing, apapun tekniknya dahulukan
keselamatan diri anda. Sekian post tentang memancing ikan nila dengan teknik lobang tarangan.
Terimakasih. Wassalamualaikum Wr.Wb
Posting Komentar