Dalam
organisasi ada dua pihak yang saling tergantung dan merupakan unsur utama dalam
orgnisasi yaitu pemimpin sebagai atasan, dan pegawai sebagai bawahan (Mulyadi
dan Rivai, 2009).
1. 1.) Kinerja Karyawan
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual
performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang
dicapai oleh seseorang. Adapun pengertian
kinerja (prestasi kerja) dari beberapa ahli, antara lain
kinerja diartikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Performance atau
kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses (Nurlaila, 2010:71).
Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau
kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang
melakukan pekerjaan (Luthans, 2005:165). Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan
seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target
atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah
disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:50).
Kinerja adalah tingkat
terhadapnya para pegawai mencapai persyaratan pekerjaan secara efisien dan
efektif (Simamora, 2006). Menurut Dessler (2006) kinerja pegawai merupakan
prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja yang dapat dilihat secara
nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan organisasi. Selain itu,
kinerja juga dapat diartikan sebagai hasil kerja baik secara kualitas
maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai
tanggung jawab yang diberikan (Mangkunagara, 2006:22). Sedangkan Mathis dan Jackson (2006:65) menyatakan
bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
pegawai. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing
individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.
Adapun tujuan dari kinerja seorang pegawai menurut Basri dan Rivai (2005):
a.
Untuk perbaikan hasil
kinerja pegawai, baik secara kualitas ataupun kuantitas.
b. Memberikan pengetahuan
baru dimana akan membantu pegawai dalam memecahan masalah yang kompleks, dengan
serangkaian aktifitas yang terbatas dan teratur, melalui tugas sesuai tanggung
jawab yang diberikan organisasi.
c.
Memperbaiki hubungan
antar personal pegawai dalam aktivitas kerja dalam organisasi.
2. Karakteristik
Kinerja Karyawan
Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi
adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2006:68):
a.
Memiliki tanggung jawab pribadi yang
tinggi.
b.
Berani mengambil dan menanggung
resiko yang dihadapi.
c.
Memiliki tujuan yang
realistis.
d.
Memiliki rencana kerja yang
menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuannya.
e.
Memanfaatkan umpan balik (feed back)
yang konkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya.
f.
Mencari kesempatan untuk
merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
3. 2.) Motivasi
Motivasi merupakan hal yang berpengaruh pada peningkatan suatu
kinerja karyawan. Motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” yang berarti
bergerak (to move). Perilaku manusia biasanya
didasari oleh suatu motivasi tertentu untuk dapat mencapai hal – hal yang ingin
mereka dapatkan. Motivasi diartikan sebagai
yang mendorong pegawai untuk bekerja dengan tekun sehingga dapat
tercapai tujuan organisasi, dengan motivasi yang tepat para pegawai akan
terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya, karena
diyakini bahwa dengan keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan berbagai
sasarannya, kepentingan-kepentingan pribadi para anggota organisasi tersebut
akan terpenuhi juga (Handoko; 2004:77). Adapun Pendapat lain motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi
pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu
kebutuhan (Siagian; 2007:285). Hubungan motivasi,
gairah kerja dan hasil optimal mempunyai bentuk linier dalam arti dengan
pemberian motivasi kerja yang baik, maka gairah kerja karyawan akan meningkat
dan hasil kerja akan optimal sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.
Gairah kerja merupakan salah satu bentuk motivasi dapat dilihat antara lain
dari tingkat kehadiran karyawan, tanggungjawab terhadap waktu kerja yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah semangat atau dorongan dalam diri seseorang
untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan yang dapat
berpengaruh positif dalam mencapai kinerja.
a.
Teori motivasi
Adapun
teori-teori motivasi menurut
Robbins, Stephen P. dan Timothi A. Judge (2008)
adalah sebagai berikut:
1)
Teori Hierarki
Kebutuhan.
Teori hierarki kebutuhan merupakan teori motivasi
yang paling terkenal dari
Abraham Maslow. Hipotesisnya mengatakan bahwa di dalam diri semua manusia bersemayam
lima jenjang kebutuhan, yaitu sebagai berikut: kebutuhan fisiologis, kebutuhan
rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan
penghargaan, kebutuhan perwujudan atau aktualisasi diri
2)
Teori X dan Y
Teori
mtivasi milik Douglas Mc Gregor mengemukakan dua pandangan yang nyata mengenai
manusia, yakni pandangan pertamapada dasarnya negatif yang disebut dengan Teori
X dan yang lain pada dasarnya positif dan disebut sebagai Teori Y.
4. 3.) Gaya Kepemimpinan
Ada beberapa pengertian dari Gaya Kepemimpinan oleh para
ahli, antara lain, menurut Tampubolon (2007) gaya
kepemimpinan adalah perilaku dan strategi,
sebagai kombinasi dari keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang
pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Sedangkan menurut Thoha
(2006:49) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Berdasarkan definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
adalah pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin dengan melalui orang
lain, yaitu pola perilaku yang diperlihatkan pimpinan pada saat
mempengaruhi orang lain, seperti dipersepsikan orang lain. Gaya bukanlah
soal bagaimana pendapat pemimpin tentang perilaku mereka sendiri dalam
memimpin, tetapi bagaimana persepsi orang lain, terutama bawahannya,
tentang perilaku pemimpinnya.
Gaya
kepemimpinan mewakili filsafat, keterampilan, dan sikap pemimpin dalam politik.
Gaya kepemimpinan merupakan pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan
tertentu (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Pendapat lain menyebutkan bahwa
gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan)
dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain.(Hersey, 2004:29). Gaya
kepemimpinan juga dapat disebut sebagai
perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi
pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi bawahannya
(Nawawi, 2003:115).
a.
Jenis – Jenis Gaya Kepemimpinan
Konsep pemimpin berasal dari kata asing “leader” dan kepemimpinan “leadership”.
Hasibuan (2011:43) mengatakan bahwa pemimpin adalah seorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dalam mencapai tujuannya. Sedangkan menurut davis and Filley
(dalam Hasibuan 2011:43) pemimpin adalah seseoarang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
Secara sempit pengertian kepemimpinan menurut
Kartono (2005:5) mengandung arti pemerintah, memegang kekuasaan, seorang
pemimpin yang dapat mengatur atau mengatur segala sesuatu yang berhubungan
organisasi atau instansi yang dipimpinnya demi tercapainya suatu tujuan
tertentu.
Berdasarkan beberapa defenisi di atas menurut Rivai dan Sagala (2010:7),
maka ada empat teori pendekatan yang tercakup di dalam kepemimpinan (Leadership) :
1)
Pendekatan berdasarkan
sifat-sifat kepribadian, sosial, fisik atau intelektual yang membedakan
pemimpin atau bukan pemimpin. Kepemimpinan itu dibawa sejak lahir atau
merupakan bakat bawaan. Misalnya ditemukan enam macam sifat yang membedakan
antara pemimpin dan bukan pemimpin yaitu ambisi dan energi, keinginan untuk
memimpin, kejujuran dan integritas, rasa percaya diri, intelegensi, dan pengetahuan
yang relevan dengan pekerjaan.
2)
Kepemimpinan berdasarkan
pendekatan tingkah laku yaitu tertentu yang membedakan antara pemimpin dan
bukan pemimpin. Maka yang melahirkan pemimpin bisa dengan mendesain sebuah
program khusus.
3)
Kepemimpinan berdasarkan pendekatan
kemungkinan atau situasional bukan berdasarkan pada sifat atau tingkah laku
seorang pemimpin akan tetapi efektivitas kepemimpinan dipengaruhi oleh situasi
tertentu, demikian pula pada situasi yang lain memerlukan gaya kepemimpinan
yang lain pula,
4)
Kepemimpinan pendekatan kembali
kepada sifat atau ciri dari suatu perspektif yang berbeda yaitu melainkan
didasarkan pada kemampuan seorang pemimpin dibandingkan dengan orang lain.
Selanjutnya, menurut Kartono (2005:7) agar terjadi
ketertiban dalam kegiatan organisasi, maka perlu ada pengaturan mengenai
pembagian tugas, cara kerja dan hubungan antara pekerjaan yang satu dengan
pekerjaan yang lain, serta pribadi satu dengan yang lain. Maka kegiatan
pengaturan dalam organisasi itulah yang disebut administrasi, yang perlu
dikendalikan atau dipimpin oleh seorang administrator atau pemimpin. Dari
berbagai defenisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
antara pemimpin dan pimpinan. Adapun perbedaan keduanya adalah pemimpin adalah
orang yang mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain dalam rangka pencapaian
tujuan tertentu. Sedangkan pimpinan adalah orang yang menduduki jabatan dalam
suatu organisasi atau birokrasi. Kemudian peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pada intinya kepemimpinan ialah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
b.
Fungsi Pemimpin
Fungsi seorang pemimpin tidak hanya terbatas pada
koordinasi tetapi mencakup segala bidang atau aspek yang ada didalam satu
wadah. Apabila pemimpin ini dapat menjalankan tanggung jawab yang besar dan
motivasi para bawahan, maka pemimpin dapat dikatakan sebagai pemimpin yang
berhasil dalam menghimpun suatu wadah. Adapun peran pemimpin tersebut yaitu
seorang pemimpin bisa menjadi komunikator, mediator, dan integrator dalam
organisasi yang dipimpinnya. Gambaran umum yang dihubungkan dengan fungsi
pemimpin sebagai komunikator yakni suatu proses pemeliharaan hubungan yang baik
kedalam maupun keluar oleh seorang pemimpin melalui komunikasi baik lisan
maupun tulisan. Dikemukakan oleh Rivai dan Sagala (2010:34), fungsi
kepemimpinan selalu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok atau organisasi dengan interaksi antar individu didalam aktifitasnya
masing-masing oleh seorang pimpinan.
Siagian (2007:47) mengemukakan lima fungsi kepemimpinan yaitu :
1)
Pemimpin sebagai penentu arah, yaitu
sebagai penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuannya
sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatan segala sarana dan prasarana
yang tersedia.
2)
Pemimpin sebagai wakil atau juru
bicara, yaitu pemimpin merupakan puncak organisasi menjadi wakil dan juru
bicara resmi organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak di luar
organisasi.
3)
Pemimpin sebagai komunikator yang
efektif, yaitu suatu proses pemeliharaan hubungan yang baik ke dalam maupun
keluar oleh seorang pimpinan melalui komunikasi baik lisan maupun tertulis.
4)
Pemimpin sebagai mediator yang
handal, yaitu seorang pimpinan yang berfungsi sebagai mediator dalam
menyelesaikan situasi konflik yang mungkin timbul dalam satu organisasi, tanpa
mengurangi pentingnya situasi konflik dalam hubungan keluar yang dihadapi dan
diatasi.
5)
Pemimpin sebagai integrator yang
aktif, yaitu kepemimpinan berfungsi sebagai penyatu dari berbagai individu dan
kelompok yang berbeda pola pikir dan cara bertindak yang berkotak-kotak menuju
pada tujuan bersama.
Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan
fungsinya, adapun fungsi kepemimpinan menurut Nawawi (2006:75) ini adalah :
1)
Fungsi Instruktif adalah fungsi
yang bersifat komunikasi satu arah. Dengan fungsi ini seorang pemimpin berperan
sebagai pengambil keputusan dan memberikan perintah kepada bawahannya.
2)
Fungsi konsultatif, dalam fungsi
seorang pimpinan diharapkan mampu mengarahkan dan memberikan kesempatan kepada
pegawai untuk menyampaikan saran dan pendapat agar apa yang diperintahkan dapat
dijalankan dengan baik.
3)
Fungsi Partisipasi, dalam fungsi
seorang pimpinan dapat memberikan motivasi atau semangat kerja bagi para
bawahannya.
4)
Fungsi Delegasi adalah seorang
pemimpin hendaknya dapat memberikan pelimpahan wewenang/memberikan kepercayaan kepada
bawahannya yang dianggap mampu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, agar
dapat berjalan secara efektif dan efisien.
5)
Fungsi Pengendalian adalah
seorang pemimpin yang mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan
dalam koordinasi yang efektif.
Sedangkan Rivai dan Sagala (2010:96), memberikan beberapa contoh tentang
fungsi kepemimpinan, yaitu:
1)
Menciptakan visi dan rasa
komunitas
2)
Membantu mengembangkan komitmen
dari pada sekedar memenuhinya
3)
Menginspirasi kepercayaan,
mengintegrasikan pandangan berlainan
4)
Membantu pembicaraan yang cakap
melalui dialog
5)
Membantu menggunakan pengaruh
mereka
6)
Memfasilitasi
7)
Memberi semangat pada yang lain
8)
Menopang tim dan,
9)
Bertindak sebagai model
Pada hakekatnya seorang pemimpin harus terlibat
dalam pembuatan keputusan-keputusan karena pada dasarnya sikap pegawai
mempunyai pendapat yang berbeda-beda dan karakter yang berbeda pula. Pembuatan
keputusan ini menjadikan keputusan-keputusan organisasi yang dibuat secara
signifikan dan berhubungan yang dipergunakan secara penuh untuk memikirkan
sistem pembuatan strategi organisasinya. Seorang pemimpin sebagai pengelola
dapat mengarahkan, membina, mempengaruhi, dan dapat bekerja sama, antar sesama
agar tujuan organisasi dapat terwujud. Suatu organisasi tentunya memiliki
seorang pemimpin dan pegawai yang bertugas mengelola pekerjaan dalam organisasi
tersebut secara bersama untuk mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan bersama.
Bernard (dalam Siswanto 2007:154) berpendapat bahwa
kepemimpinan memiliki dua aspek yang penting yaitu: (pertama) adalah kelebihan
individual tehnik kepemimpinan. Seseorang yang memiliki kondisi fisik yang
baik, memiliki keterampilan yang tinggi, menguasai teknologi, memiliki ikatan
yang baik serta imajinasi yang baik, serta imajinasi yang meyakinkan akan mampu
memimpin bawahan. (kedua) adalah keunggulan pribadi dalam hal ketegasan,
keuletan, kesadaran, dan keberhasilan.
Dari beberapa pendapat di atas, peneliti dapat
memberikan kesimpulan bahwa fungsi kepemimpinan merupakan proses atau rangkaian
mengikuti secara sistematis dengan tingkah laku bawahan dengan pimpinannya
yaitu kegiatan penggerakan, membimbing secara perorangan maupun bersama-sama.
Seluruh kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai usaha mempengaruhi perasaan, pikiran
dan tingkah laku orang lain kearah pencapaian suatu tujuan. Oleh karena itu,
fungsi kepemimpinan juga merupakan proses interaksi komunikasi dengan petunjuk
yang jelas antar seorang (pemimpin) dengan kelompok orang lain yang menyebabkan
seseorang itu dapat berbuat sesuatu dengan kehendak pemimpin.
c.
Tipe-tipe
Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif dan efesien akan terwujud
apabila dijalankan berdasarkan fungsi dan tujuan yang telah ditetapkan. Seorang
pemimpin harus berusaha menjadi bagian dari situasi kelompok atau organisasi
yang dipimpinnya. Dalam mewujudkan tujuan dan fungsi kepemimpinan secara
internal maka akan berlangsung suatu aktifitas kepemimpinan dan aktifitas
tersebut akan dipilah-pilah maka akan terlihat secara jelas kepemimpinan dengan
pola masing-masing. Pemimpin sebagai mahluk Tuhan yang mempunyai karakter yang
berbeda-beda dapat menentukan jalannya sendiri.
Menurut Kartono
(2005:80) tipe kepemimpinan dapat dibagi menjadi:
a.
Tipe
karismatis
Tipe pemimpin karismatis ini memiliki kekuatan energi dan
daya tarik yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain sehingga mempunyai
pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya
sehingga sampai sekarang orang tidak mengetahui benar sebab-sebabnya.
b.
Tipe
paternalistik.
Tipe pemimpin paternalistik yang kebapakan dengan
sifat-sifat antara lain:
1)
Pemimpin
menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak atau belum dewasa atau anak
sendiri yang perlu dikembangkan.
2)
Pemimpin bersikap
terlalu melindungi (overly protective).
3)
Jarang pemimpin memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengambil keputusan sendiri.
4)
Pemimpin hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk berinisiatif.
5)
Pemimpin tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah
memberikan kesempatan pada pengikut dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi
dan daya kreativitas sendiri.
c.
Tipe
militeristis
Tipe ini sifaknya sok kemiliter-militeran. Hanya gaya
luaran saja yang mencontoh gaya militer, tetapi jika dilihat lebih seksama tipe
ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat pemimpin
yang militeristis antara lain:
1)
Lebih
banyak menggunakan sistem perintah atau komando terhadap bawahannya, keras,
sangat kaku dan seringkali kurang bijaksana.
2)
Menghendaki
kepatuhan mutlak dari bawahan.
3)
Sangat
menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang
berlebih-lebihan.
4)
Menuntut
adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya.
5)
Komunikasi
hanya berlangsung searah saja.
d.
Tipe
otokratis
Kepemimpinan otokratis itu mendasarkan diri pada
kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau
berperan sebagai pemain tunggal pada a one man show. Pemimpin berambisi
sekali merajai situasi. Setiap
perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya.
e.
Tipe
laissez faire
Tipe kepemimpinan ini, dimana sang pemimpin praktis tidak
memimpin dan membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri.
Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua
pekerjaan dan tanggungjawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri.
f.
Tipe
populistis
Tipe kepemimpinan ini berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisional, kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan
hutang-hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan
kembali nasionalisme.
g.
Tipe
administratif dan eksekutif
Tipe kepemimpinan ini adalah tipe kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif, sedangkan para
pemimpinnya adalah teknokrat dan administrator-administratur yang mampu
menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan.
h.
Tipe
demokratis
Tipe kepemimpinan ini berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Kepemimpinan ini
menghargai potensi setiap individu untuk mendengarkan nasihat dan sugesti
bawahan. Kepemimpinan demokratis biasanya berlangsung secara mantap dengan
adanya gejala-gejala sebagai berikut:
1)
Organisasi
dengan segenap bagian-bagiannya berjalan lancar, sekalipun pemimpin tersebut
tidak ada di kantor.
2)
Otoritas
sepenuhnya didelegasikan ke bawah dan masing-masing orang menyadari tugas serta
kewajibannya sehingga merasa senang dan puas.
3)
Diutamakan
tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya, dan kelancaran kerjasama dari setiap
warga kelompok.
4)
Pemimpin
demokratis berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat dinamisme dan
kerjasama demi pencapaian tujuan Organisasi dengan cara yang paling cocok
dengan jiwa kelompok dan situasinya.
5. 4.) Disiplin Kerja
Sinungan (2003:145) menyatakan bahwa ”Disiplin
adalah sebagai sikap mental yang tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku perorangan,
kelompok atau masyarakat berupa ketaatan (obedience) terhadap
peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah atau etika, norma, dan kaidah
yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu”. Disiplin mempunyai
pengertian yang berbeda-beda dari berbagai pengertian itu dapat disarikan
beberapa hal sebagai berikut (Sinungan, 2003:146)
a. Kata
disiplin (terminologis) berasal dari kata latin yaitu disiplina yang berarti pengajaran, latihan dan sebagainya (berawal
dari kata disiplus yaitu seorang yang
belajar). Jadi secara etimologis ada hubungan pengertian antara discipline dengan disciple (Inggris) yang berarti murid, pengikut yang setia, ajaran
atau aliran.
b. Latihan
yang mengembangkan pengendalian diri, watak atau ketertiban dan efisien.
c. Kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah atau etik,
norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
d. Penghukuman
(punishment) yang dilakukan melalui
koreksi dan latihan untuk mencapai perilaku yang dikendalikan (controlled behaviour).
Berikut
beberapa pengertian disiplin menurut beberapa ahli yaitu :
”Disiplin
menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan
terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan” Sutrisno (2013:85).
Hasibuan (2001:193) mengemukakan bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan
kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial
yang berlaku.
“Kedisiplinan
adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran disini merupakan sikap seseorang
yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung
jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik,
bukan atas paksaan. Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan
perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis.” (Hasibuan 2011)
Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu
keadaan tertib dimana keadaan seseorang atau sekelompok orang yang tergabung
dalam organisasi tersebut berkehendak mematuhi dan menjalankan
peraturan-peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis dengan
dilandasi kesadaran dan keinsyafan akan tercapainya suatu kondisi antara
keinginan dan kenyataan dan diharapkan agar para pegawai memiliki sikap
disiplin yang tinggi dalam bekerja sehingga produktivitasnya.
5 komentar
tepat sekali... tidak disiplin sudah mencerminkan kinerja buruk/
Replyini essay bagus buat tugas-tugas para mahasiswa/i dan anak-anak yang masih sekolah.
ReplyMotivasi no satu wkwkw, kinerja maksimal itu menurut saya gabungan disiplin dan tanggung jawab :-)
Replyyes mas,,,, asli dari tugas akhir saya kuliah... terimaksih yaa... :)
Replybetul,, bisa dikatakan seperti itu. Ada seseorang yang mudah termotivasi dan di motivasi. :)
ReplyPosting Komentar